Siklus kehidupan insan yang terus berputar, tak jarang menguji kadar keimanan dan kesabaran seseorang dalam menjalani masing-masing jengkal waktunya.
Ada bertahan dengan cobaan hidup tersebut, tetapi ada pula yang menyerah ditengah jalan.
Tak jarang, jalan pintas secara instan supaya cepat berhasil pun dipilih daripada mesti bersusah payah menanggung derita.
Namun, cara-cara kotor itu tak berlaku untuk sosok kakek renta yang satu ini. Ditengah kemiskinan hidup yang menderanya, ia tetap tegar berjuang untuk berjualan amplop.
Walau terkadang tak terdapat satupun juga yang membeli. Usianya yang tak lagi muda, bukan menjadi halangan baginya untuk menggali nafkah secara halal.
Seperti apa cerita haru kakek mempunyai nama Darta tersebut? simak cerita selengkapnya dibawah berikut.
Mantan tukang sapu yang hendak mencari rezeki halal
Tak tidak sedikit jumlah sosok pekerja keras seperi kakek Darta. Di usianya yang sudah senja, ia masih saja semangat menggali rezeki dengan teknik yang halal.
Ia tak hendak berpangku tangan begitu saja menantikan rezeki datang. Alih-alih mengemis, mantan tukang sapu di suatu sekolah SMA Kota Bandung tersebut.
Memilih untuk berniaga amplop surat sebagai metodenya untuk bertahan hidup. Cukup kontras diantara penjaja lainnya yang menjajakan barang canggih seperti mainan, elektronik dan makanan.
Hidup irit dan simpel dengan berlangsung kaki
Sungguh spektakuler perjuangan dari seorang Darta tersebut. Bagi berjualan masing-masing harinya, ia rela menempuh jarak puluhan kilometer demi menjemput rezekinya.
Rutinitas tersebut sudah ia jalani sekitar 12 tahun. Selama tersebut pula, ia tetap setia berjualan amplop surat, walau zaman canggih yang serba digital seperti ketika ini, tak lagi tidak sedikit orang membutuhkannya.
Dengan berlangsung kaki, ia bisa menghemat penghasilannya supaya bisa dipakai untuk makan.
Pekerjaan berat dengan upah yang tak seberapa
Tangannya yang sudah keriput dan semakin menua tersebut, terlihat bergetar lirih merangkai tumpukan amplop di hadapannya.
Amplop berukuran kecil 5×3 cm dan ukuran besar 10×9 cm, dipasarkan masing-masing ekuivalen Rp 1.000 isi 10 buah dan Rp 2.000 isi 20 buah. Mirisnya.
Kakek Darta melulu mengambil deviden Rp 200 dari masing-masing bungkus amplop yang terjual, baik kecil maupun besar.
Sebuah nilai yang tidak dengan kata lain di tengah zaman yang serba hedonis dan kapitalis ini.
Berpindah-pindah lokasi berjualan demi sesuap nasi
Diketahui, kakek Darta tidak jarang dijumpai berjualan di seberang pintu utama kampus Institut Teknologi Bandung (ITB).
Jika dirasa dagangannya sepi, ia pun beralih tempat. Seperti di sekitaran Rumah Sakit Suka jadi maupun membuka lapaknya di area Simpang Lima.
Dago, Bandung. Meski terasa berat sebab harus dilakukannya dengan jalan kaki, Darta percaya bahwa Tuhan bakal menunjukan jalan rezekinya di lokasi yang di singgahinya tersebut.
Kakek berisi inspirasi tersebut kesudahannya kembali ke pangkuan yang Maha Kuasa
Setelah cerita perjuangannya yang sempat viral dan mengundang tidak sedikit simpati, Netizen mesti diciptakan sedih pulang lantaran sosok kakek berisi inspirasi tersebut sudah tiada.
Hal ini dikisahkan oleh seorang netizen yang mempunyai nama Rinaldi Munir.
Kakek yang pun sangat religius tersebut, tak lagi ditemuinya di lokasi biasa ia tampak berjualan. Selamat jalan kakek Darta.
Kisah mu bakal terus diingat dan menginspirasi tidak sedikit orang untuk tidak jarang kali tabah dalam menghadapi kerasnya hidup.
Sosok renta yang tak pernah lelah untuk berjuang tersebut, paling menginspirasi untuk siapa saja yang menyimak kisahnya hidupnya.
Semangat yang ditunjukan di umur yang tak lagi muda, seakan menohok hati anda yang masih mengeluh menyalahkan hidup dan suka bermalas-malasan.
Bacalah kisahnya sejenak, lantas renungkan dalam-dalam. Apakah anda tak malu dengan sosok kakek tersebut?
Sumber : Boombastis.com
0 Response to "Sering Tak laku, Kisah Pilu Kakek Penjual Amplop Ini Bikin Air Mata Bergemuruh Deras.."
Posting Komentar